Sepuluh (10) Kepribadian Orang Sukses
Suatu KESUKSESAN memiliki banyak definisi dan variasi tolok ukur. Beberapa dari kita meyakini, bahwa kesuksesan berarti mencapai posisi tertinggi di kantor, variasi lainnya bermakna memiliki kecukupan finansial tertentu. Ada sebagian lagi mewujudkan kesuksesan sebagai sebuah predikat penghargaan dari kolega dan khalayak atas prestasinya. Dari bermacam definisi dan tolok ukur itu, satu hal yang dapat disimpulkan bahwa kesuksesan merupakan pencapaian impian melalui sebuah proses terstruktur dan terencana. Contohnya, si A mendefinisikan sukses jika dia mampu mencapai manajer pemasaran di tempat kerjanya. Usaha untuk “memuluskan” kesuksesan tersebut, A memutuskan untuk belajar kembali di institusi pendidikan S2 dan mengikuti beberapa seminar pemasaran. Tentu saja, banyak hal yang perlu dipersiapkan, baik itu material dan sikap pribadinya. Bentuk material berupa dana dan waktu merupakan hal yang pasti harus dipersiapkan, lalu perlu juga ditunjang dengan sikap pribadi dalam menyikapi proses pencapaian kesuksesan itu sendiri.
Merujuk kepada Jennie S. Bev yaitu seorang konsultan, entrepreneur, penulis dan edukator bertempat tinggal di San Francisco Bay Area dan merupakan seorang Indonesia yang “sukses” berkompetisi pada iklim “ketat” Amerika. Beliau mengedepankan 10 unsur kepribadian seorang sukses (baik dari segi keuangan dan prestasi) yang berdasarkan pada komunikasi dan pergaulannya dengan para billionaire dan beberapa pengusaha sukses. Sepuluh sikap itu adalah sebagai berikut:
Satu, keberanian untuk berinisiatif. Kekuatan yang sebenarnya tidak lagi menjadi rahasia atas kesuksesan orang-orang terknenal yaitu mereka selalu punya ide-ide cemerlang! Seorang Donald Trump yang “mendunia” karena superioritasnya di bidang Real Estate awalnya berproses dari status bangkrut dan akhirnya berpredikat Raja Real Estate, adalah contoh dari seorang yang jenius dan berani berinisiatif. Kita tentu mengenal serial TV The Apprentice, kontes Miss Universe, Online University bernama TrumpUniversity.com, bahkan di negara asalnya boneka Donald adalah sebuah icon dan produk laris selain buku-buku bestseller-nya. Dan inisiatif adalah kekayaan semua orang, tinggal orang itu mau atau tidak untuk berinisiatif mengemukakan ide-idenya.
Dua, tepat waktu. Sebuah hal yang pasti untuk semua orang di dunia ini tanpa terkecuali adalah bahwa kita memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam sehari. Seorang yang menepati janji dan tepat waktu menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang memiliki kemampuan mengatur/manage sesuatu yang paling terbatas tersebut. Kemampuan untuk hadir sesuai janji adalah kunci dari semua keberhasilan, terutama keberhasilan berbisnis dan berinteraksi. Memberikan perhatian lebih terhadap waktu merupakan pencerminan dari respek terhadap diri sendiri dan kolega dan mitra kita.
Tiga, senang melayani dan memberi. Sebuah rumus sukses dari banyak orang sukses adalah mampu memimpin, namun sebuah additional attribute dari sikap kepemimpinan adalah kebiasaan melayani dan memberi. The more you give to others, the more respect you get in return. Dan, keikhlasan adalah kunci untuk sifat ini. Kebaikan lain akan terus mengalir tanpa henti saat kita mampu memberi dan melayani dengan ikhlas. Ini mungkin bisa dibilang sebagai bonus saja! Tetapi, setidaknnya dengan memberi dan melayani berarti menunjukkan kepada teman, kolega serta rekan kita betapa suksesnya diri kita sehingga membuat orang lebih yakin bermitra dan bergaul dengan diri kita.
Empat, membuka diri terlebih dahulu. Barangkali kita pernah bertemu orang yang selalu mau tahu tentang hal pribadi orang lain namun dia terus menutup diri agar jati dirinya tidak terbuka. Mereka biasanya hidup dalam ketakutan dan kecurigaan, dan selalu berprasangka buruk kepada siapa saja yang dijumpainya. Sikap ini adalah unsur yang tidak dimiliki banyak orang sukses. Rasa percaya dan kebesaran hati untuk membuka diri terhadap lawan bicara merupakan cermin bahwa kita nyaman dengan diri sendiri, lantas tidak ada yang perlu ditutupi, itulah yang dicari oleh para partner sejati dan sebagian besar dari kita akan setuju bahwa tidak banyak orang yang mau bekerja sama dengan orang yang misterius, betul kan?
Lima, senang bekerja sama dan membina hubungan baik. Kemampuan bekerja sama dalam tim adalah salah satu kunci keberhasilan utama. Kembali kita mengambil contoh Donald Trump. Dalam serial TV The Apprentice, Trump memiliki tim yang loyal dan menjadi perpanjangan tangan dirinya dalam menemukan para calon “orang kepercayaan” yang baru. Pada akhirnya, Trump akan memiliki sebuah tim yang sangat loyal dan bervisi sama dengan menciptakan jaringan kerja yang baik, sehingga jalan menuju sukses itu semakin terbuka lebar.
Enam, senang mempelajari hal-hal baru. Ciputra dan Aburizal Bakrie adalah seorang yang bisa dikatakan sebagai orang sukses dalam bidangnya yaitu commerce. Tapi saat mereka mendirikan universitas, apakah mereka beralih sebagai seorang pendidik? Atau mereka sendiri sebenarnya adalah profesor? Jelas tidak, mereka tetap seorang entrepreneur, namun dengan kegemarannya mencari hal-hal baru serta langsung menerapkannya, maka dunia bisnis semakin terbuka luas baginya. Dunia bisnis ibarat sebagai tempat bermain yang laus dan tidak terbatas. Jadi senang belajar dan mencari hal baru adalah sebuah sikap kesuksesan.
Tujuh, jarang mengeluh, profesionalisme adalah yang paling utama. Lance Armstrong pernah berkata, “There are two kinds of days: good days and great days.” Hanya ada dua macam hari: hari yang baik dan hari yang sangat baik. Adalah baik jika kita tidak pernah mengeluh, walaupun suatu hari mungkin kita akan jatuh dan gagal. Mengapa? Karena setiap kali gagal, itu adalah kesempatan bagi diri kita untuk belajar mengatasi kegagalan itu sendiri sehingga tidak terulang lagi di kemudian hari. Hari di mana kita gagal tetap sebagai a good day (hari yang baik).
Delapan, berani menanggung resiko. Jelas, tanpa ini tidak ada kesempatan sama sekali untuk menuju sukses. Sebenarnya setiap hari kita menanggung resiko, walaupun tidak disadari penuh. Resiko hanyalah akan berakibat dua macam: be a good or a great day. Jadi, jadi tidak perlu dikhawatirkan lagi bukan? Kegagalan pun hanyalah kesempatan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari dan tentunya ambang kepada kesuksesan akan lebih dekat.
Sembilan, tidak menunjukkan kekhawatiran (berpikir positif setiap saat). Berpikir positif adalah environment atau default state di mana keseluruhan eksistensi kita berada. Jika kita gunakan pikiran negatif sebagai default state, maka semua perbuatan kita akan berdasarkan ini (kekhawatiran atau cemas). Dengan pikiran positif, maka perbuatan kita akan didasarkan oleh getaran positif, sehingga hal positif akan semakin besar kemungkinannya. Semakin positif kita menyikapi hambatan, semakin besar kesempatan kita menemukan penyelesaian atas hambatan tersebut.
Sepuluh, “comfortable in their own skin” Menutup-nutupi sesuatu maupun supaya tampak “lebih” dari lawan bicaranya. Pernah bertemu dengan orang sukses yang rendah diri alias tidak nyaman dengan diri mereka sendiri? Tidak ada tentunya. Kenyamanan menjadi diri sendiri tidak perlu ditutup-tutupi supaya lawan bicara tidak tersinggung karena setiap orang mempunyai tempat tersendiri di dunia yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Saya adalah saya, mereka adalah mereka. Dengan menjadi diri saya sendiri, saya tidak akan mengusik keberadaan mereka. Jika mereka merasa tidak nyaman, itu bukan karena kepribadian saya, namun karena mindset yang berbeda dan kekurangmampuan mereka dalam mencapai kenyamanan dengan diri sendiri. Sikap dasar orang sukses tersebut di atas barangkali dapat menjadi cerminan dan memuluskan langkah kita untuk mencapai kesuksesan yang kita impikan, tinggal kita yang memutuskan. Siap untuk sukses? Sampai bertemu lagi di puncak gunung kesuksesan!
Selasa, 02 Desember 2014
CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN KEADILAN
Namun, setiap pagi Rasulullah Muhammad SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari, sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain adalah isteri Rasulullah SAW. Beliau bertanya kepada anaknya itu, "Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?"
Aisyah RA menjawab, "Wahai Ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum Ayah lakukan kecuali satu saja."
"Apakah Itu?", tanya Abubakar RA. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana", kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, "Siapa kamu?!"
Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)."
"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", bantah si pengemis buta itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW".
Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia
CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN PENDERITAAN
5-10 Persen Bayi Susah Menyusu Karena Ada 'Tali' di Lidahnya
Jakarta, Cukup banyak tantangan yang dihadapi untuk menyukseskan ASI (Air Susu Ibu) Esklusif selama 6 bulan. Selain kurangnya informasi di kalangan para ibu, terkadang kondisi fisik si bayi juga menghalangi, misalnya memiliki 'tali lidah'.
Tali lidah atau dalam istilah medis disebut tongue tie merupakan jaringan tipis yang menghubungkan dasar lidah dengan ujung bagian bawah. Bayi dengan kelainan bawaan berupa tali lidah yang pendek akan merasa sakit dan kesulitan saat menghisap puting ibunya.
"Penelitian menunjukkan 5-10 bayi memiliki tongue tie. Mungkin angka sesungguhnya lebih banyak lagi," kata Dr. Jack Newman, FRCPC, pakar laktasi internasional dari Kanada, saat ditemui di Hotel Santika, Jl AIPDA KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat, seperti ditulis pada Rabu (28/8/2013).
Menurut Dr Newman, kondisi ini kerap menyulitkan bayi untuk menyusu dengan baik. Bukan satu-satunya faktor yang menghambat pemberian ASI Eksklusif memang, tetapi bisa semakin menghambat bila ada kondisi lain misalnya si ibu kurang mendapat informasi.
Padahal seperti disampaikan oleh Dr Newman, cara mengatasi tongue tie cukup sederhana. Dengan pemotongan tali lidah yang prosedurnya tidak lebih dari 2 detik, bayi bisa menyusu dengan lebih nyaman. Prosedur ini umumnya bisa dilakukan oleh dokter anak.
Sementara itu, kurangnya informasi yang lengkap di kalangan para ibu masih menjadi hambatan utama dalam mengkampanyekan ASI Eksklusif khususnya di Indonesia. Oleh karenanya, dibutuhkan peran para konselor maupun konsultan laktasi sebagai penyampai informasi.
"Konsultan laktasi, yang bergelar IBCLC (International Board Certified Lactation Consultant) baru ada 53 orang di Indonesia. Diharapkan tiap tahun jumlahnya bertambah," kata Prof Dr Rulina Suradi, SpA(K), IBCLC, Koordinator IBCLC untuk Indonesia sekaligus penasihat Asosiasi Konsultan Laktasi Internasional Indonesia (AKLII).
Dalam rangka meningkatkan kecakapan para konsultan maupun konselor laktasi, AKLII mengadakan seminar di Hotel Santika Jakarta pada 28-29 Agustus 2013. Dr Newman, pakar laktasi internasional dari Kanada, menjadi salah seorang pembicara dalam acara tersebut.(up/up
Jakarta, Cukup banyak tantangan yang dihadapi untuk menyukseskan ASI (Air Susu Ibu) Esklusif selama 6 bulan. Selain kurangnya informasi di kalangan para ibu, terkadang kondisi fisik si bayi juga menghalangi, misalnya memiliki 'tali lidah'.
Tali lidah atau dalam istilah medis disebut tongue tie merupakan jaringan tipis yang menghubungkan dasar lidah dengan ujung bagian bawah. Bayi dengan kelainan bawaan berupa tali lidah yang pendek akan merasa sakit dan kesulitan saat menghisap puting ibunya.
"Penelitian menunjukkan 5-10 bayi memiliki tongue tie. Mungkin angka sesungguhnya lebih banyak lagi," kata Dr. Jack Newman, FRCPC, pakar laktasi internasional dari Kanada, saat ditemui di Hotel Santika, Jl AIPDA KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat, seperti ditulis pada Rabu (28/8/2013).
Menurut Dr Newman, kondisi ini kerap menyulitkan bayi untuk menyusu dengan baik. Bukan satu-satunya faktor yang menghambat pemberian ASI Eksklusif memang, tetapi bisa semakin menghambat bila ada kondisi lain misalnya si ibu kurang mendapat informasi.
Padahal seperti disampaikan oleh Dr Newman, cara mengatasi tongue tie cukup sederhana. Dengan pemotongan tali lidah yang prosedurnya tidak lebih dari 2 detik, bayi bisa menyusu dengan lebih nyaman. Prosedur ini umumnya bisa dilakukan oleh dokter anak.
Sementara itu, kurangnya informasi yang lengkap di kalangan para ibu masih menjadi hambatan utama dalam mengkampanyekan ASI Eksklusif khususnya di Indonesia. Oleh karenanya, dibutuhkan peran para konselor maupun konsultan laktasi sebagai penyampai informasi.
"Konsultan laktasi, yang bergelar IBCLC (International Board Certified Lactation Consultant) baru ada 53 orang di Indonesia. Diharapkan tiap tahun jumlahnya bertambah," kata Prof Dr Rulina Suradi, SpA(K), IBCLC, Koordinator IBCLC untuk Indonesia sekaligus penasihat Asosiasi Konsultan Laktasi Internasional Indonesia (AKLII).
Dalam rangka meningkatkan kecakapan para konsultan maupun konselor laktasi, AKLII mengadakan seminar di Hotel Santika Jakarta pada 28-29 Agustus 2013. Dr Newman, pakar laktasi internasional dari Kanada, menjadi salah seorang pembicara dalam acara tersebut.(up/up
CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN KEINDAHAN
Al-Quran Menjawab Hati Yang Bersedih
Kamu
sedang bersedih? merasa banyak masalah dan ujian? wah, kamu ga sendiri
sob. Banyak yang berfikir seperti itu. Sebagian besar bilang : Ah, itu
mah biasa, wajar sebagai manusia kita merasa jenuh, aga berat, dsb. Tapi
benarkah begitu? Atau patutkah kita seperti itu? hey, sobat..bangun!!
berwudhu, dan baca kitab penunjuk jalan yang terjaga keasliannya sampai
hari akhir…Apapun pertanyaan kalian, pasti ada jawabannya dalam
Al-Qur’an…terutama saat sedih, seperti di bawah ini..
Manusia Bertanya : Kenapa aku diuji?
Qur’an
Menjawab : “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Lihat
QS.Al-Ankabuut : 2).
“Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Lihat juga QS.Al-Ankabuut : 3)
Manusia Bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik?
Qur’an
Menjawab : “…boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Lihat
QS.Al-Baqarah : 216)
Manusia Bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?
Qur’an Menjawab : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya……….” (Lihat QS.Al-Baqarah : 286)
Manusia Bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?
Qur’an
Menjawab : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Lihat QS.Ali Imraan :
139)
Manusia Bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?
Qur’an
Menjawab : “…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir”. (Lihat QS.Yusuf : 87)
Manusia Bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?
Qur’an
Menjawab : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Lihat
QS.Ali Imraan : 200)
“Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (Lihat
QS.Al-Baqarah : 45)
Manusia Bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku?
Qur’an
Menjawab : “….Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya
kepada-Nya aku bertawakal…….” (Lihat QS.At-Taubah : 129)
Manusia Bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini?
Qur’an
Menjawab : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min,
diri dan harta mereka dengan surga – Nya……….” (Lihat QS.At-Taubah : 111)
Subhanalloh,
CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN CINTA KASIH
Ibu
Sewaktu
masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya.Ia selalu
menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan
mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku ‘dipaksa’ membantunya
memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan
sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan
rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga
piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal
dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya
aku selalu bersungut-sungut.
Kini,
setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena
aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku
yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu.
Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku
dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.
Saat
pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang
mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu.
Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana.
Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk
yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya
menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.
Kini,
setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama
teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit,
ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku
menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.
Di
usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan
bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi
dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja
mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak
menyangka aku sedang bersamanya.
Padahal
menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan
penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia
sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku
terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang
belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh
kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia
mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan
mendekapku erat-erat saat aku menangis.
Selepas
SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku
semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan
berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan
hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang
berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah
dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.
Usai
wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak
berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas
yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan,
tapi do’a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi
apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang
sekarang.
Pada
hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan
bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu.
Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari
keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat
aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang
pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia
ini.
Kini
setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi
menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang
baik dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku
pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa
segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding
kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak
sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.
CONTOH ARTIKEL KONSEPSI IBD DALAM KESUSASTRAAN
Jam Tangan
Alkisah,
seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.
“Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000
kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?”
“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” “Delapan puluh ribu empat
ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam
penuh keraguan.
“Bagaimana
kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus berdetak 3,600
kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan
dirinya. Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada
si
jam. “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?”
“Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.
Maka,
setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa
terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa
karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti.
Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.
Alkisah,
seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.
“Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000
kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?”
“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” “Delapan puluh ribu empat
ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam
penuh keraguan.
“Bagaimana
kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus berdetak 3,600
kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan
dirinya. Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada
si jam. “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?” “Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.
si jam. “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?” “Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.
Maka,
setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa
terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa
karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti.
Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.
CONTOH ARTIKEL MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Budaya dan Tips Menghadapi Siswa Nakal
Sebagai
insan yang berada di sebuah lembaga pendidikan, apalagi Sekolah Menegah
Kejuruan yang notabene siswanya adalah laki-laki menghadapi siswa
“nakal” adalah hal yang biasa. Mulai dari siswa yang sering terlambat
atau bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas/ PR, ribut di kelas, jajan
saat jam pelajaran, tidak sholat, dan masih banyak contoh “kenakalan”
lain yang kerap dilakukan siswa. Hal-hal tersebut memang benar-benar
menguji kesabaran kita. Dibutuhkan kesabaran dan keuletan tingkat
tinggi.
Sebenarnya apakah benar ada anak diberi label “nakal”? Penulis sendiri tidak setuju bila ada siswa yang dilabeli “nakal”. Apalagi tidak sedikit guru yang memberi label “nakal” apabila ia merasa tidak sanggup mengendalikan siswanya. Di sisilain ukuran “nakal” tiap guru berbeda-beda. Sebagian guru akan menganggap siswanya “nakal” bila siswanya tidak mengerjakan PR, guru lain berpendapat siswa yang sering bolos/ tidak masuk sekolah adalah siswa yang “nakal”, sebagian lainnya menganggap siswa yang ribut saat pembelajaran adalah siswa yang “nakal”.
Menurut saya tidak ada yang namanya siswa “nakal”, yang ada adalah;
Beberapa tips di bawah ini bisa kita coba untuk mengatasi perilaku siswa yang “nakal”, adalah:
Sebenarnya apakah benar ada anak diberi label “nakal”? Penulis sendiri tidak setuju bila ada siswa yang dilabeli “nakal”. Apalagi tidak sedikit guru yang memberi label “nakal” apabila ia merasa tidak sanggup mengendalikan siswanya. Di sisilain ukuran “nakal” tiap guru berbeda-beda. Sebagian guru akan menganggap siswanya “nakal” bila siswanya tidak mengerjakan PR, guru lain berpendapat siswa yang sering bolos/ tidak masuk sekolah adalah siswa yang “nakal”, sebagian lainnya menganggap siswa yang ribut saat pembelajaran adalah siswa yang “nakal”.
Menurut saya tidak ada yang namanya siswa “nakal”, yang ada adalah;
- Siswa yang krisis identitas.. Kenakalan siswa terjadi karena siswa gagal mencapai masa integrasi kedua.
- Siswa yang memiliki kontrol diri yang lemah. Siswa yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”.
- Siswa yang kurang kasih sayang orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan menyebabkan kurang perhatian kepada anaknya. Tidak mengenalkan dan mengajarkan norma-norma agama kepada anaknya. Akibatnya dia akan sering bolos atau terlambat sekolah.
- Siswa yang kedua orang tuanya tidak harmois atau bahkan bercerai. Suasana di rumah yang tidak nyaman akan menyebabkan anak tidak fokus saat pelajaran. Kedua orang tua yang seharusnya melidungi dan memberi contoh yang baik justru menjadi akar permasalahan anaknya.
- Siswa yang menjadi “korban” dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan berusaha untuk membalas dendam.
- Siswa yang mendapat tekanan dari orang tua. Tekanan ini bisa berupa tuntutan orang tua yang terlalu tinggi akan prstasi anaknya di sekolah atau peraturan di rumah yang terlalu ketat/ mengekang. Akibatnya bisa bermacam, siswa bisa pendiam tapi juga bisa “nakal” karena merasa ingin bebas.
- Siswa yang mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya masalah ekonomi. Siswa yang mengalami kekerasan di rumah, maka saat di sekolah ia akan menunjukkan sikap memberontak kepada gurunya atau bahkan melakukan kekersaan seperti apa yang ia alami.
- Siswa yang salah bergaul. Lingkungan memang sangat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan sikap siswa. Pergaulan yang kurang tepat atau menyimpang salah bisa menyebabkan perilaku yang menyimpang.
Beberapa tips di bawah ini bisa kita coba untuk mengatasi perilaku siswa yang “nakal”, adalah:
- Berdo’a untuk anak terebut. Ucapkan namanya setiap kita berdo’a. Berharaplah apa yang kita minta akan dikabulkan Allah dan saat kita menghadapinya Allah mengkaruniakan kesabaran pada diri kita. Yakinlah dia akan berubah, karena keyakinan itu adalah doa. Dia pasti berubah, entah itu besok, lusa, atau kapanpun.
- Carilah info yang lengkap tentang siswa yang dianggap “nakal”. Tujuannya adalah agar kita lebih paham tentang latar belakanngya. Harapanya kita akan lebih bisa bersabar dan pengertian dalam menangani perilakunya.
- Hentikan ucapan atau label “nakal” pada siswa tersebut. Kita tahu ucapan adalah do’a. jika kita mengucapakan kata nakal, secara tidak langsung kita berdo’a agar dia menjadi nakal. Katakanlah yang baik-baik untuknya, walau bagaimana pun perilaku dan perkataannya.
- Panggilah dia ke runag BK atau masjid. Ajaklah dia berbicara empat mata dan dari hati ke hati. Tanyakanlah kepada siswa tersebut tentang harapannya, permasalahannya, atau sebab dia berbuat “nakal”. Dengan hal ini kita jadi lebih tahu tentang dirinya dan permasalahan yang sedang ia hadapi. Pada akhirnya, berilah ia solusi, motivasi dan arahan.
- Latilah dia dengan rasa tanggung jawab. Hal ini bisa dilakukan dengan kita memberikan dia kepercayaan. Contoh: menjadi muadzin, mengumpulkan kas kelas, membantu kita merekap buku tabungan, atau dengan melibatkan dia dalam kegiatan OSIS dan ROIS (meskipun dia bukan penggurus OSIS dan ROIS). Hal ini akan membuat dia merasa dibutuhkan dan diperhatikan. Tujuan akhirnya adalah agar dia tahu mana hak dan kewajibannya/ tanggung jawabnya sebagai siswa.
- Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”. Maka, tergurlah dengan pelan-pelan dan jangan dibentak atau dimarahi. Karena siswa tipe seperti ini tidak akan berubah bila dimarahi. Mereka butuh didekati, diperhatikan, dan diajak berdiskusi, serta berilah mereka motivasi agar bisa berubah menjadi lebih baik. Katakan pada mereka “saya yakin kamu bisa lebih baik lagi dari kamu yang sekarang”. “saya akan merasa bangga bila kamu bisa lebih baik dari kamu yang sekarang”.
- Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”. janganlah diberikan hukuman fisik, seperti push up, set up, atau jalan jongkok. karena, hal ini justru akan menimbulkan rasa dendam dan jiwa melawan/ membangkang pada siswa. Tapi berikanlah dia hukuman seperti sholat dhuaha atau membaca Al-Qur'an.
- Buatlah perjanjian bila siswa tersebut berbuat “nakal”. Rekamlah dengan HP dan suruhlah dia mengucapkan janji agar tidak mengulangi perbuatannya. Bila dia mengulangi lagi, panggillah siswa tersebut dan putarlah rekamannya.
- Berilah dia pilihan. Berbuat baik konsekuensinya baik atau berbuat “buruk” konsekuensinya buruk.
- Bila siswa tersebut berbuat baik. Maka, pujilah dia. Pujian kita akan mebuat dia merasa bahwa usahanya dihargai dan diperhatikan oleh orang lain.
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
1.
Pengertian pandangan hidup dan ideologi
Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan Hidup adalah Konsep atau
cara pandang manusia yang bersifat mendasar tentang diri dan dirinya. Pandangan
hidup berarti pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman,
arahan, petunjuk hidup didunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah berdasarkan waktu dan
lingkungan hidupnya. Dengan demikian, pandangan hidup bukanlah timbul seketika
ataupun dalam waktu yang singkat, melain dalam waktu yang lama dan proses terus
menerus sehingga hasil pemikiran tersebut dapat di uji kenyataannya, serta
dapat diterima oleh akal dan diakui kebenarannya. Dan atas dasar tersebut
manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau
petunjuk yang dapat disebut sebagi pandangan hidup.
Ada beberapa macam
sumber pandangan hidup, yaitu :
1.
Pandangan hidup yang bersifat mutlak,
yang berasal dari agama.
2.
Pandangan hidup menurut ideology yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan adat tempat ia tinggal.
3.
Pandangan hidup yang berasal dari renungan
pada diri manusia itu sediri.
Pandangan
hidup seorang muslim
Pandangan
hidup seorang muslim, dapat dikaitkan dengan pedoman atau amalan-amalan yang
diberikan nabi untuk umatnya dalam agama islam. Pandangan seorang muslim ialah
tidak patah semangat dalam menjalani hidup dan mencoba untuk berubah menjadi
manusia yang lebih baik lagi.
Ideologi
IDEOLOGI berasal dari kata idea ( inggris ) yg berarti gagasan, dan
oida berasal dari ( yunani ) yg berarti mengetahui,melihat dengan budi.serta
kata logi yg berasal dari yunani ( LOGOS ) yg artinya pengetahuan. Jadi, Ideologi merupakan Pengetahuan tentang gagasan
gagasan tentang ide-ide ,sciense of ideas atau juga ajaran tentang pengertian
pengertian dasar.
Hak Ideologi ada dua, yaitu :
1.
Hak memperoeh kebebasan
2.
Hak memperoleh perlindungan sebagai warga negara
2.
Cita - cita
Cita-Cita
yaitu keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada didalam pikiran. Baik
keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang ingin diperoleh seseorang
pada masa depan.
Masa depan
yaitu pandangan hidup yang akan datang. Dengan kata lain Cita-cita merupakan
keingina, harapan dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Cita-cita
yang belum terpenuhi bisa disebut dengan angan-angan.
Contohnya,
ada seorang anak yang bercita-cita ingin menjadi seorang polisi namun ia tidak
pernah bersekolah, tidak mau berfikir tidak mau bekerja keras ataupun usaha
untuk mencapai cita-citanya. Contoh ini merupakan dari angan - angan.
3.
Kebajikan
Kebajikan adalah perbuatan yang dapat mendatangkan suatu kebaikan. Yang
didorong oleh suara hati.
Jadi kebajikan dilandasi oleh perbuatan baik, yang dibarengi oleh tingkah
laku manusia.
Faktor-faktor yang menetukan tingkah laku seseorang adalah dimana
lingkungan tempat ia tinggal dan pergaulan sehari-hari orang tersebut.
4.
Usaha / Perjuangan
Usaha
atau Perjuangan merupakan kerja keras untuk mewujudkan cita-cita yang
ingin dicapai. Setiap manusia harus bekerja keras untuk melangsungkan hidupnya.
Sebagian hidup manusia dapat dikatakan merupakan sebuah usaha dan perjuangan
untuk dapat hidup dan ini semua sudah merpakan kodrat dari yang Maha Kuasa.
Tanpa adanya usaha dan perjuangan manusia tidak dapat hidup dengan sempurna.
Ayat
tentang usaha :
QS.
Al-Jumu'ah [62] : ayat 10
[62:10] Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
[62:10] Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
5.
Keyakinan atau Kepercayaan
Keyakinan
atau Kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup seseorang yang berasal dari
akal ataupun kekuasaan Tuhan. Menurut pendapat Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3
aliran filsafat, yaitu :
1.
Aliran Naturalisme
Hidup
manusia dihubungkan dengan kekuatan ghaib yang merupakan kekutan tertinggi.
Kekuatan ghaib itu berasal dari natur dan darin Tuhan. Tuhan menciptakan alam
semesta lengkap dengan hukum-hukumnya dan secara mutlak dikuasai oleh Tuhan.
Manusia sebagai makhluk tidak dapat menguasai alam ini sebab manusia itu lemah.
Dan manusia hanya mampu berusaha dan berencana tetapi Tuhan yang menentukannya.
Aliran
naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan jugatidakada Tuhan. Lalu
bagaimana yang benar ? yang benar itu adalah keyakinan. Bagi yang percaya
dengan Tuhan, Tuhan lah yang kekuasaannya tertinggi dan manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan.
2.
Aliran intelektualisme
Dasar aliran
ini adalah logika atau akal. Dan manusia mengutamakan akalnya. Dengan akal
manusia dapat berfikir mana yang baik dan mana yang buruk untuknya. Manusia
yakin bahwa dengan kekuatan berfikir atau akal kebijakan itu dapat dicapainya
dengan sukses. Dengan akal tercipalah teknologi. Teknologi merupakan alat bantu
untuk mencapai kebijakan yang maksimal, walau mungkin teknologi memberi akibat
yang bertentangan dengan hati nurani. Apabila keyakinan ini dihubungkan dengan
pandangan hidup seseorang maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi
pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan yang dapat diterima oleh akal.
3.
Aliran Gabungan
Dasarnya
aliran ini adalah kekuatan ghaib dan akal. Kekuatan ghaib artinya kekuatan yang
berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan, sedangkan
akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu.
Aliran ini
dihubungkan dengan pandangan hidup maka akan timbul 2 kemungkinan pandangan
hidup.
Apabila
dasar keyakinan itu kekuatan ghaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya
mendasari keyakinan secara berimbang.
Langkah-Langkah
Berpandangan Hidup Yang Baik.
Manusia
pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Yang terpenting
kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup. Dengan memiliki
langkah-langkah hidup kita akan mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
-
Mengenal
-
Mengerti
-
Menghayati
-
Meyakini
-
Mengabdi
-
Mengamankan
MANUSIA DAN KEADILAN
MANUSIA DAN KEADILAN
A.PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia.
Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem
yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu
menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai
kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang
harus memperoleh benda atau hasil yang sama. kalau tidak sama, maka
masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan
pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti ketidakadilan.
B. KEADILAN SOSIAL
Berbicara tentang keadilan, Anda tentu ingat akan dasar negara kita
ialah Pancasila. Sila kelima Pnacasila, berbunyi : “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”
Dalam dokumen lahimya Pancasila diusulkan oleh Bung Kamo adanya prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara. Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip “tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka”. Dan usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian kesejahteraan dan keadilan.
Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” menulis sebagai berikut ” keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur.” Selanjutnya diuraikan bahwa pars pemimpin Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan sosial dalam bidang ekonomi ialah dapat mencapai kemakmuran yang merata.
Dalam dokumen lahimya Pancasila diusulkan oleh Bung Kamo adanya prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara. Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip “tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka”. Dan usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian kesejahteraan dan keadilan.
Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” menulis sebagai berikut ” keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur.” Selanjutnya diuraikan bahwa pars pemimpin Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan sosial dalam bidang ekonomi ialah dapat mencapai kemakmuran yang merata.
C. BERBAGAI MACAM KEADILAN
A) Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan clan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat clan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Tha man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
B) Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata All menerima Rp.100.000,- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadian Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
C) Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Plato berpendapat bahwa keadilan clan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat clan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Tha man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
B) Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata All menerima Rp.100.000,- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadian Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
C) Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
D. KEJUJURAN
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai
dengan had nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar
ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu
dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan
harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati
janji atau kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata ataupun yang
masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan
niat. Seseorang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai diri
sendiri. Apabila niat telah terlahir dalam kata-kata, padahal tidak
ditepati, maka kebohongannya disaksikan orang lain. Sikap jujur perlu
dipelajari oleh setiap orang, sebab kejujuran mewujudkan keadilan,
sedang keadilan mununtut kemuliaan abadi, jujur memberikan keberaniaan
dan ketentraman hati, serta menyucikan lagi pula membuat luhumya budi
pekerti. Seseorang muFtahil dapat memeluk agama dengan sempuma, apabila
lidahnya tidak suci. Teguhlah pada kebenaran, sekalipun kejujuran dapat
merugikanmu, serta jangan pula berdusta, walaupun dustamu dapat
menguntungkanmu.
Barangsiapa berkata jujur serta bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang berbuat benar.
Orang bodoh yang jujur adalah lebih baik daripada orang pandai yang lancung. Barang siapa tidak dapat dipercaya tutur katanya, atau tidak menepati janji dan kesanggupannya, termasuk golongan orang munafik sehingga tidak menerima betas kasihan Tuhan.
Barangsiapa berkata jujur serta bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang berbuat benar.
Orang bodoh yang jujur adalah lebih baik daripada orang pandai yang lancung. Barang siapa tidak dapat dipercaya tutur katanya, atau tidak menepati janji dan kesanggupannya, termasuk golongan orang munafik sehingga tidak menerima betas kasihan Tuhan.
E. KECURANGAN
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atati tidak
jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah
tentu kecurangan sebagai lawan jujur.
Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau, orang itu memang dan hatinya sudah bemiat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha ? Sudah tentu keuntungan itu diperoleh dengan tidak wajar. Yang dimaksud dengan keuntungan di sini adalah keuntungan, yang berupa materi. Mereka yang berbuat curang menganggap akan mendatangkan kesenangan atau keenakan, meskipun orang lain menderita karenanya.
Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau, orang itu memang dan hatinya sudah bemiat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha ? Sudah tentu keuntungan itu diperoleh dengan tidak wajar. Yang dimaksud dengan keuntungan di sini adalah keuntungan, yang berupa materi. Mereka yang berbuat curang menganggap akan mendatangkan kesenangan atau keenakan, meskipun orang lain menderita karenanya.
F. PEMULIHAN NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama
yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya
tetap baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bgai orang/tetangga
disekitamya adalah suatu kebanggaan batin yang tak temilai harganya.
Ada peribahasa berbunyi “daripada berputih mata lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati dari pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa menjadi taruhannya. Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak-anaknya “jagalah nama keluargamu!” Dengan menyebut “nama” berarti sudah mengandung arti “nama baik”. Ada pula pesan orang tua “jangan membuat malu” pesan itu juga berarti menjaga nama baik. Orang tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa sering kali berpesan “laksanakan apa yang kamu anggap baik, dan jangan kau laksanakan apa yang kau anggap tidak baik!”. Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatarmya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan ttu, antara lain cam berbahasa, cam bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan lain sebagainya.
Ada peribahasa berbunyi “daripada berputih mata lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati dari pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa menjadi taruhannya. Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak-anaknya “jagalah nama keluargamu!” Dengan menyebut “nama” berarti sudah mengandung arti “nama baik”. Ada pula pesan orang tua “jangan membuat malu” pesan itu juga berarti menjaga nama baik. Orang tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa sering kali berpesan “laksanakan apa yang kamu anggap baik, dan jangan kau laksanakan apa yang kau anggap tidak baik!”. Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatarmya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan ttu, antara lain cam berbahasa, cam bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan lain sebagainya.
G. PEMBALASAN
Sebagai contoh, A memberikan makanan kepada B. Di lain kesempatan B memberikan minuman kepada A. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan serupa, dan ini merupakan pembalasan.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan dan bagi yang mengingkari perintah Tuhanpun diberikan pembalasan dan pembalasan yang diberikanpun pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka.
Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasamya, menusia adalah mahluk moral dan mahiuk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah pebuatan yang melanggar atau mempericosa hak dan kewajiban manusia lain.
Oleh karena hap manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan
MANUSIA DAN PENDERITAAN
MANUSIA DAN PENDERITAAN
A. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari
bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan
dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin.
Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan
bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu
peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu
merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai
langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya
macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia.
Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? penderitaan
fisik yang dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk
mengurangi atau menyembuhkannya, sedangkan penderitan psikis,
penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan
soal-soal psikis yang dihadapinya.
B. Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan
dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami
seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yagn sifatnya psikis bisa
berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang
berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab
yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain: claustrophobia
dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan. Para ahli ilmu
jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu
problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan
ditaklukkan sebelum phobianya akan hilang.
Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu
phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa
tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam
keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh
kali lebih parah.
C. Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan
mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan
akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi
sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala
permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah:
1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita bais jasmani maupun rohani
2. usaha mempertahankan diri dengan cara negatif
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalam gangguan
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna
2. terjadinya konflik sosial budaya
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial
Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya ke arah
positif dan negatif. Positif; trauma jiwa yang dialami dijawab dengan
baik sebagai usaha agar tetap survei dalam hidup, misalnya melakukan
sholat tahajud, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah
kejatuhan dalam hidupnya. Negatif; trauma yang dialami diperlarutkan
sehingga yang bersangkutan mengalami frustrasi, yaitu tekanan batin
akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustrasi antara
lain:
1. agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang
tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hipertensi atau
tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya
2. regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitif atau kekanak-kanakan
3. fiksasi; adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu
4. proyeksi; merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain
5. Identifikasi; adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya
6. narsisme; adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain
7. autisme; ialah menutup diri secara total dari dunia riil,
tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya
sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
Penderitaan kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. kota – kota besar
2. anak-anak muda usia
3. wanita
4. orang yang tidak beragama
5. orang yang terlalu mengejar materi
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab
timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai
berikut :
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan
karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri.
Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti
kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup, dan sebagainya.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup
bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari
penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin
timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya sifat anti kawin paksa, ia
berjuang menentang kawin paksa, dan lain-lain.
D. Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan
adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu
terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi
penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau
menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan
budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau
dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita
sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderitaan.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi
konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya
untuk bahagia. Melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak
boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan.
Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup.
Allah telah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11 bahwa Tuhan tidak
akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha
merubahnya.
Pembebasan dan penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan
hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam
lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada
Tuhan supaya terhindar dan bahaya dan malapetaka. Manusia hanya
merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan
sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi
selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami
oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian
seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.
Apabila kita memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin
bangsa, orang-orang besar di dunia, sebagian dan kehidupannya dilalui
dengan penderitaan dan penuh perjuangan. Pemimpin kita Bung Karno dan
Bung Hatta berapa lama mendekam dalam penjara kolonial karena
perjuangannya memerdekakan bangsa. Demikian juga pemimpin-pemimpin kita
yang lain.
E. Penderitaan, Media Masa dan Seniman
Dalam dunia modem sekarang in! kemungkinan terjadi penderitaan itu
lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan
sebagainya menyejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia
menderita. Penciptaan bom atom, reaktor nuklir, pabrik senjata, peluru
kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya
penderitaan manusia. Hal mi sudah terjadi seperti bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki, kebocoran reaktor nuklir di Uni Soviet, kebocoran gas
beracun di India. Penggunaan peluru kendali dalam perang Irak.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah
kecelakaan, bencana alam, bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah
tenggelamnya kapal Tampomas Dua di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat
hercules yang mengangkut para perwira muda di Condet, Meletusnya gunung
galunggung, perang Irak-Iran.
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran
koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang
menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan
demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Nyatanya
tidak sedikit bantuan dan para dermawan dan sukarelawan berupa material
atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan mereka dan
musibah ini.
Bantuan-bantuan ini di1akukan secara perseorangan ataupun melalui
organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan atau diantarkan
langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat pengungsian.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengomunikasikan
peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat.
Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap
antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak
kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya
seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan
sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan
anak bernama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri
yang difilmkan dengan judul “Arie Hangara”.
F. Penderitaan dan Sebab-Sebabnya
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab
timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai
berikut:
a. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia
dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk
mi dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain,
manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan
takdir, kalau takdir, Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu
manusia penyebabnya.
b. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan.
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau
siksaan/azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat
merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh
kasus penderitaan semacam mi dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan
dapat diungkapkan bentuk ini:
1. Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan, diasuh dengan tabah
oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun
ia tidak dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena
kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di Universitas, dan
akhirnya memperoleh gelar Doktor di Universitas Di Sorbone Perancis. Dia
adalah Prof. Dr. Thaha Husen, Guru besar Universitas di Kairo Mesir.
2. Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, Tetapi dengan sabar ia
menerima cobaan ini. Bertahun-tahun ia menderita penyakit kulit,
sehingga istrinya bosan memeliharanya, dan ia dikucilkan. Berkat
kesabaran dan pasrah kepada Tuhan, sembuhlah Ia dan tampak lebih muda,
sehingga istrinya tidak mengenalinya lagi. Di sini kita dihadapkan
kepada masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya,
pasrah, tetapi juga sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan dan
kesabaran sang istri yang luntur, karena penyakit Nabi Ayub yang lama.
G. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan
karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap
mi diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian
tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dan sikap negatif
ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin,
tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup,
bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan
membebaskan diri dan penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya
bagian dan kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah
menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya
anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu tiri, ia
berjuang melawan sikap ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang
kekerasan, dan lain-lain.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh
para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para
penonton akan memberikan penilaiannya.
Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan
nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan.
Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan
yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.
Langganan:
Postingan (Atom)